Sunday, May 21, 2017

NU sebagai Ormas terbesar diindonesia

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gerakan pembaharuan dalam Islam sudah lama muncul pasca periode akhir masa pemerintahan khalifah Ali bin abi-Thalib (abad 3 H), berakhirnya masa Kurafaurrasyidin dan munculnya dinasti Muawiyah, inilah yang disebut sejarah kebudayaan Islam. Perubahan ini tidak hanya memiliki dampak terhadap peta politik Islam namun juga berpengaruh terhadap dinamika corak pemikiran Islam  seperti Syiah, Mu’tazilah, Khawarij, Maturidiyah, Asyariah.
                Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia dapat kita awali dengan kemunculan kerajaan Islam Samudera Pasai di pulau Sumatra. Kemudian sepak terjang Walisongo yang ikut berperan penting dalam penyebaran dan perkembangan Islam di pulau Jawa. Hingga munculnya organisasi Sarekat Islam dan Muhammadiyah di tahun 1912. Beberapa tahun berselang, tepatnya ditahun 1926 lahirlah sebuah organisasi bernama Nadhatul Ulama (kebangkitan ulama) muncul dengan latar belakang “politis” yang salah satunya adalah untuk merespon gerakan pembaharuan yang dilakukan Wahabi di Arab Saudi.
                Hal ini menandakan bahwa meskipun Islam itu satu dari sudut ajaran pokoknya, akan tetapi setelah terlempar dalam konteks sosial-politik tertentu pada tingkat perkembangan sejarah tertentu pula agama bisa memperlihatkan struktur interen yang berbeda-beda.
                NU yang selama ini dianggap sebagai organisasi tradisional dengan basis pesantren justru memperlihatkan gairah progresivitas berpikir. Kitab kuning yang telah ditulis ulama berabad-abad lalu dan dijadikan salah satu referensi utama nahdhiyin ternyata justru membuka wawasan yang membentang luas dalam mencermati perubahan sosial. Tentunya ini perlu dipandang sebagai kemajuan di dalam NU. Hal ini diperkuat dari penelitian Arbiyah Lubis, bahwa Muhammadiyyah termasuk dalam kelompok tradisionalis modernis. Di mana Muhammadiyyah tampil sebagai modernis hanya dalam dunia pendidikan, dan dalam memahami teks al Qur’an dan Hadith sebagai sumber ijtihad. Sementara NU yang dianggap tradisional, ternyata lebih modern ketimbang Muhammadiyah. Sebagai contoh, proses penerimaan asas Pancasila, pendirian BPR Nusumma, ternyata NU terkesan mendahului Muhammadiyah
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yakni memberikan pengetahun informasi kepada pembaca untuk megetahui lebih mendalam tentang ORMAS yang terbesar di Indonesia seperti Nadhatul Ulama. Memberikan penjelasan bagaimana Sejarah NU, tujuan didirikannya NU, paham dari NU dan lain sebagainya.


























BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Nadhatul Ulama
Sebelum berdirinya Nadhatul Ulama tahun 1926 dikalangan pesantren dalam merespon kebangkitan nasional, membentuk organisasi pergerakan,  seperti Nahdatul Wa an (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916 serta Nadhatul Tujjar (kebangkitan saudagar) tahun 1918. Kemudian pada tahun 1914 KH Wahab Chasbullah  mendirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan santri. Perkembangan selanjutnya, untuk membentuk organisasi yang lebih besar dan lebih sistematis, serta mengantisipasi perkembangan zaman, maka setelah berkoodinasi dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama).
Nahdlatul Ulama didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar dan KH Wahab Chasbullah. Organisasi ini bertujuan untuk menegakkan ajaran islam menurut paham kitab I’tiqad Ahlussunnah Wal Jama’ah ditengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah negara kesatuan republik indonesia. Untuk mencapai tujuannya tersebut, NU menempuh berbagai jenis usaha di berbagai bidang, antara lain sebagai berikut :
1.  Di bidang keagamaan, melaksanakan dakwah islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
2.  Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luar. Hal ini terbukti dengan lahirnya lembaga-lembaga pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar di berbagai daerah khususnya di pulau jawa bahkan sudah memiliki cabang di luar negeri.
3.  Di Bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
4.   Di bidang ekonomi mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat. Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT dan badan keuangan lain yang telah terbukti membantu masyarakat.
5.   Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Demikian itu lah tulisan Sejarah Lahir dan Berdirinya Nahdlatul Ulama. semoga dengan mempelajari tentang nahdlatul ulama ini bisa semakin membuat kita paham tentang apa dan bagaimana nu itu, terutama untuk anggota nu sendiri, sehingga jangan sampai mengaku nu tapi buta dan tidak tahu tentang sejarah nu itu sendiri.
2.2 Dinamika Nadhatul Ulama
Prinsip-prinsip dasar yang dicanangkan Nahdlatul Ulama (NU) telah diterjemahkan dalam perilaku kongkrit. NU banyak mengambil kepeloporan dalam sejarah bangsa Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa organisasi ini hidup secara dinamis dan responsif terhadap perkembangan zaman. Prestasi NU antara lain:
Menghidupkan kembali gerakan pribumisasi Islam, sebagaimana diwariskan oleh para walisongo dan pendahulunya.
Mempelopori perjuangan kebebasan bermadzhab di Mekah, sehingga umat Islam sedunia bisa menjalankan ibadah sesuai dengan madzhab masing-masing.
Mempelopori berdirinya Majlis Islami A'la Indonesia (MIAI) tahun 1937, yang kemudian ikut memperjuangkan tuntutan Indonesia berparlemen.
Memobilisasi perlawanan fisik terhadap kekuatan imperialis melalui Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945.
Berubah menjadi partai politik, yang pada Pemilu 1955 berhasil menempati urutan ketiga dalam peroleh suara secara nasional.
Memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) 1965 yang diikuti oleh perwakilan dari 37 negara.
Memperlopori gerakan Islam kultural dan penguatan civil society di Indonesia sepanjang dekade 90-an.
2.3 Paham Keagamaan Nadhatul Ulama
Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur'an, Sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu, seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
  Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil membangkitkan kembali gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.
Tujuan dari Organisasi ini yakni Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
2.4 Usaha di Bidang Politik
                Menurut KH. Ahmad Mustofa Bisri, setidaknya ada 3 jenis politik dalam pemahaman Nahdlatul Ulama, yaitu politik kebangsaan, politik kerakyatan dan politik kekuasaan. Nahdlatul Ulama sejak berdiri memang melakukan aktivitas politik, terutama dalam pengertian yang pertama, yakni politik kebangsaan, karena Nahdlatul Ulama sangat berkepentingan dengankeutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Napak tilas gerakan NU diawali dengan munculnya ideologi Pancasila sebagai pondasi bangsa Indonesia. Peranan NU termuat dalam sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Peta politik NU kemudian dilanjutkan dengan berubahnya NU menjadi partai politik di tahun 1955 setelah sebelumnya bergabung dengan Masyumi bersama organisasi Islam lainnya. Pada masa Demokrasi Terpimpin NU dikenal sebagai partai yang mendukung Sukarno, dan bergabung dalam NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis) Nasionalis diwakili Partai Nasional Indonesia (PNI) Agama Partai Nahdhatul Ulama dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Setelah itu NU maju ke panggung politik praktis bersama Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
                 Hingga kemunculan gerakan kembali ke khittah 1926 pada tahun 1984 melalui Muktamar di Situbondo yang merubah orientasi NU sebagai jamiyah diniyah dan  memutuskan untuk tidak berpolitik. Masa reformasi yang menjadi tanda berakhirnya kekuasaan pemerintahan orde baru merupakan sebuah momentum bagi Nahdlatul Ulama untuk melakukan pembenahan diri. Selama rezim orde baru berkuasa, Nahdlatul Ulama cenderung dipinggirkan oleh penguasa saat itu. Ruang gerak Nahdlatul Ulama pada masa orde baru juga dibatasi, terutama dalam hal aktivitas politiknya. Pada masa reformasi inilah peluang Nahdlatul Ulama untuk memainkan peran pentingnya di Indonesia kembali terbuka. Nahdlatul Ulama yang merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia, pada awalnya lebih memilih sikap netral menjelang mundurnya Soeharto. Namun sikap ini kemudian berubah, setelah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengeluarkan sebuah pandangan untuk merespon proses reformasi yang berlangsung di Indonesia, yang dikenal dengan Refleksi Reformasi. Refleksi reformasi ini berisi delapan butir pernyataan sikap dari PBNU. Pasca reformasi 1998peta politik NU di kembangkan oleh tokoh-tokoh dengan basis NU seperti Abdurrahman Wahid yang mendeklarasikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Partai ini juga yang kemudian mengantarkan Gus Dur sebagai presiden Republik Indonesia di tahun 1999.












BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nadatul ulama adalah suatu gerakan pembaharuan islam atau bisa juga disebut Ormas. Dalam pendiriannya dipelopori oleh 2 tokoh yakni KH Hasyim As’ary dan KH Wahab Chasbullah.  Nadhatul ulama merupakan Organisasi terbesar di Indonesia maupun di dunia, NU bukanlah organisasi ataupun Gerakan pembaharuan islam pertamba sebelum adanya atau perdirinya NU, organisasi Sarekat Islam dan Muhammadiyah yang lebih dulu menjadi salah satu organisasi islam di Indonesia maupun dunia. NU dan Muhamadiyah memiliki perbedaan yakni Muhamadiyah termasuk dalam kelompok tradisionalis modernis. Di mana Muhammadiyyah tampil sebagai modernis hanya dalam dunia pendidikan, dan dalam memahami teks al Qur’an dan Hadith sebagai sumber ijtihad. Sementara NU yang dianggap tradisional, ternyata lebih modern ketimbang Muhammadiyah. Sebagai contoh, proses penerimaan asas Pancasila, pendirian BPR Nusumma, ternyata NU terkesan mendahului Muhammadiyah.
Nadhatul Ulama memiliki keanggotaan yang menyeluruh di indonesi maupun dunia sehingga NU mendapat predikat Ormas terbesar Di Indonesia, anggotannya kebanyakan datang dari kalangan menegah kebawah.

No comments:

Post a Comment